
(sumber : kompasiana.com)
Penyebab Berkurangnya Lahan Hijau di Kota-Kota Besar
Dari tahun ke tahun lahan terbuka hijau terus berkurang di kota – kota besar. Hal ini bisa kita rasakan dari polusi udara yang meningkat, tidak hanya itu, lahan-lahan hijau disekitar kita yang pada waktu kecil masih ada sekarang sudah berubah menjadi gedung-gedung. Tentu saja hal ini mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan penduduknya. Menurut data dari Kementerian PUPR, sampai saat ini, baru 13 dari 174 kota di Indonesia yang memiliki porsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) 30 persen atau lebih. UU Penataan Ruang juga menyebut harus ada minimal 20 persen RTH dari luas wilayah kota yang tersedia. Misalnya saja DKI Jakarta hanya memiliki 9.8 persen RTH. Sangat jauh dari targetnya yaitu 30 persen.
Pengurangan lahan tebuka hijau ini tentunya tidak terjadi begitu saja. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya pengurangan lahan terbuka hijau ini. Berikut beberapa penyebab dari berkurangnya lahan terbuka hijau di kota-kota besar di Indonesia.
1. Pertumbuhan Penduduk
Tentu saja salah satu faktor utama dalam pengurangan lahan hijau ini adalah pertumbuhan penduduk. Secara simpelnya, pertumbuhan penduduk yang tinggi akan membutuhkan permukiman yang banyak. Tentu saja hal ini akan menguras lahan hijau yang ada untuk dijadikan tempat permukiman pendduk. Tidak hanya itu, belum lagi kebutuhan untuk lapangan pekerjaan yang tinggi, untuk membuka lapangan kerja dibutuhkan tempat untuk bekerja itu sendiri sehingga lahan terbuka hijau akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi pada suatu wilayah akan berdampak pada pengurangan lahan hijau secara signifikan.
2. Kurangnya Lahan
Faktor lain yang menyebabkan kurangnya lahan terbuka hijau di kota-kota besar ialah kurangnya lahan untuk dijadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Jika memang lahan hijau sudah sedikit, tentu saja salah satu alternatif adalah untuk membuka lahan hijau tersebut kembali. Namun, karena lahan yang tersedia sudah semakin dikit, hal ini menjadi salah satu kesulitan dalam mengelola lahan tersebut menjadi Ruang Terbuka Hijau.
3. Keterbatasan Dana
Pembukaan lahan hijau kembali tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Keterbatasan dana ini menjadi penghambat dalam minimnya lahan terbuka hijau yang ada di kota besar. Penambahan ruang terbuka untuk lahan hijau serta pengelolaannya membutuhkan dana yang tidak sedikit, dimana pemerintah perlu mengeluarkan perhatian lebih terhadap pembukaan dan pengelolaan lahan terbuka hijau ini.
4. Kurangnya Pengawasan
Kurangnya pengawasan ini juga tentu saja berperan penting dalam mempertahankan lahan terbuka hijau di kota-kota besar. Misalnya saja, menurut Dinas Penataan Kota DKI Jakarta, pengurangan lahan terbuka hijau di Jakarta banyak disebabkan oleh pemanfaatan oleh masyarakat tanpa izin. Contohnya seperti pembangunan permukiman liar.
Bukan hanya hal-hal diatas yang menyebabkan berkurangnya lahan terbuka hijau, masih banyak lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan berkurangnya lahan terbuka hijau. Contohnya seperti pengelolaan kota yang kurang baik, pembangunan yang mendesak dan tanpa rencana yang matang, banyak orang yang tidak memperhatikan dampak dari pengurangan RTH itu sendiri, dan lain sebagainya.
Dampak Berkurangnya Lahan Hijau di Kota-Kota Besar
Nyatanya, untuk sebagian orang belum mengenal pentingnya sebuah lahan terbuka hijau. Hal ini disebabkan karena sebagian orang masih berpikir kalau infrastruktur yang maju itu dinilai berdasarkan banyaknya gedung pencakar langit di kota tersebut. Namun, sebuah kota atau daerah yang maju akan “menyisihkan” tanah mereka untuk membuat suatu lahan terbuka hijau.
Lalu, apa aja sih hal-hal yang akan timbul jika suatu wilayah kekurangan lahan terbuka hijau?
1 Kurangnya tingkat kenyamanan suatu kota
Mungkin bisa dibilang skala nyaman setiap orang mungkin berbeda-beda. Namun, rata-rata orang bakal nyaman untuk berada di suatu ruang terbuka hijau seperti taman di kota-kota. Hal ini disebabkan oleh keberadaan taman di kota-kota bakal menjadikan kota tersebut memiliki suatu tempat untuk menghabiskan waktu bersantai dan menghabiskan waktu senggang dengan nyaman.
Selain itu, dengan adanya ruang terbuka hijau, membuat kota tersebut ramah untuk semua umur. Jika kota tersebut terlalu padat dan hanya memiliki tempat-tempat hiburan seperti mall, kafe, atau bioskop membuat kota tersebut cocok untuk sebagian tingkatan umur saja. Bisa kita ambil contoh kalau rata-rata anak-anak lebih suka bermain di area terbuka daripada ruang yang lebih tertutup. Selain itu, ruang terbuka juga membuat anak-anak lebih aktif dan dekat dengan alam mereka.
Di sisi lain, bukan berarti infrastruktur lain seperti mall dan tempat hiburan lain tersebut tidak bagus. Namun, terdapat beberapa hal yang tidak dapat dipenuhi oleh infrastruktur tersebut.
2 Mengurangi tingkat polusi CO2
Seperti yang sudah kita pelajari dari sejak SD bahwa tanaman membutuhkan CO2 untuk memproduksi makanan mereka atau yang biasa kita sebut fotosintesis. Dengan adanya ruang terbuka hijau, maka semakin banyak pula tumbuhan-tumbuhan hijau di setiap kota. Maka emisi gas CO2 di udara semakin berkurang dan mem”perbersih” udara kita.
3 Sebagai Sarana Interaksi Sosial
Ruang terbuka hijau akan manarik perhatian masyarakat untuk berdatangan baik itu untuk olahraga atau sekedar bersantai dan bercengkrama dengan sesama. Hal ini akan meningkatkan interaksi sosial di masyarakat. Dengan hal tersebut, anak-anak kecil akan mendapat tempat untuk berinteraksi dengan teman sebaya mereka.
Walaupun yang kita tahu, di pandemi ini kita perlu membatasi interaksi secara fisik dengan orang lain. Oleh sebab itu perlu adanya protokol kesehatan agar kita tetap dapat menikmati ruang terbuka hijau dan menjaga kesehatan dari pandemi ini.
4 Membuka lapangan kerja
Sebuah ruang terbuka hijau perlu diberi perawatan agar dapat terjaga kebersihannya. Oleh sebab itu, akan dibutuhkan tenaga kerja dari masyarakat, yang akan mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu, dengan adanya ruang terbuka hijau, akan menjadi tempat keramaian baru dan menjadikan tempat tersebut tempat jualan bagi sebagian pedagang. Dengan tetap mematuhi protokol yang ada, secara tidak langsung ruang terbuka hijau akan memperlancar ekonomi pedagang.
Di lain sisi, ruang terbuka hijau juga memiliki beberapa poin negatif dari ruang terbuka hijau,
5 Menimbulkan keramaian
Memang ruang terbuka hijau akan memancing keramaian masyarakat pada waktu-waktu tertentu. Keramaian jika tidak dikontrol dengan baik akan menyebabkan kemacetan di sekita ruang terbuka hijau. Selain itu, keramaian akan mendesak pemerintah perlu mencipatkan tempat parkir lebih, yang mana hal tersebut akan menghabis dana lebih untuk membangun tempat parkir baru.
Terutama pada masa pandemi ini, kata “keramaian” sedikit sensitif untuk sebagian orang. Keramaian dapat meningkatkan resiko parahnya pandemi covid-19 ini.
6 Meningkatkan anggaran pemerintah
Ruang terbuka hijau memang memilki segudang manfaat, namun jika tidak dirawat dengan baik manfaat tersebut tidak akan bertahan lama. Perlu adanya perawatan khusus untuk ruang terbuka hijau ini, yang mana akan menambah anggaran pemerintah setempat untuk hal tersebut. Hal ini akan enjadi pertimbangan dalam pembangunan ruang terbuka hijau, apakah membangun ruang terbuka hijau dengan anggaran sekian atau membangun infrastruktur lain yang dapat mengningkatkan pendapat daerah setempat.
Poin-poin di atas adalah beberapa dampak dari adanya ruang terbuka hijau. Namun, jika dianalisis dengan baik poin positif dari adanya ruang terbuka hijau lebih mendominasi daripada sebalikny. Hal ini disebabkan karena dampak negatif dari dibangunnya ruang terbuka hijau dapat diantisipasi dengan kebijakan-kebijakan dari pemerintah setempat.
Selanjutnya kita akan bahas mengenai solusi terkait kurangnya lahan terbuka hijau di berbagai daerah.
Solusi dari Pengurangan Lahan Terbuka Hijau
Solusi yang akan dijabarkan selanjutnya akan bersifat konseptual, dalam kata lain penjelasannya solusi yang kami dapat setelah berdiskusi hanya membahas ide-ide secara kasar.
Ada berbagai macam cara untuk meningkatkan ruang terbuka hijau yang ada di suatu lingkup lingkungan (dalam hal ini lingkupnya adalah kota). Mulai dari regulasi yang dibuat oleh pemerintah sekitar hingga kegiatan yang dilakukan secara masif oleh pemerintah maupun masyarakat.
Regulasi yang dapat meningkatkan ruang terbuka hijau sepertinya bukanlah hal asing lagi bagi kita. Pemerintah kita pun sudah menetapkan nominal ideal untuk luas ruang terbuka hijau di daerah perkotaan. Contoh dari regulasi ini adalah Pasal Ayat 2 dan 3 UU No. 26 tahun 2007 tentang ruang terbuka hijau. Pasal tersebut mengatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, sedangkan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Namun, menurut Anggia Murni, Core Founder Green Building Council Indonesia (GBCI) & Principal of Tropica Greeneries, pada tahun 2019, ruang terbuka hijau di Jakarta tidak mencapai 30%. Oleh karena itu, regulasi-regulasi tentang ruang terbuka hijau harus lebih diperketat lagi oleh pemerintah.
Ide lain dalam membantu proses peningkatan lahan terbuka hijau adalah dengan pembuatan software yang dapat menentukan apakah wilayah tertentu memiliki kekurangan lahan terbuka hijau. Software ini akan mengambil variabel-variabel yang relevan, seperti tingkat oksigen di atmosfer, kepadatan penduduk, luas ruang terbuka hijau, dan tingkat polusi udara (variabel sangat mungkin untuk bertambah demi akurasi hasil yang lebih teliti). Kemudian, dari variabel-variabel ini ditentukan apakah suatu wilayah kekurangan ruang terbuka hijau atau tidak.Tentu saja perhitungan ini akan membutuhkan tenaga ahli agar hasil yang didapat valid,
Sebelumnya sudah disinggung tentang kegiatan masif yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Kegiatan masif dalam rangka peningkatan ruang terbuka hijau pernah dilakukan sebelumnya oleh dua orang YouTuber bernama MrBeast dan Mark Rober. Mereka menggalang dana dimana setiap 1 USD yang didonasi, satu pohon akan ditanam. Pada akhirnya mereka pun berhasil menggalang dana sebesar 20 juta USD dan menanam 20 juta pohon. Tentu saja menanam 20 juta pohon bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu mereka memanfaatkan teknologi drone. Drone-drone ini diprogram untuk menjatuhkan biji-biji pohon ke lahan yang luas secara teratur. Dengan memanfaatkan teknologi, mereka pun berhasil menanam 20 juta pohon.
Penanaman pohon secara masif juga harus dilakukan di kota kita. Kita tidak perlu bersaing dengan MrBeast dan Mark Rober. Penanaman satu pohon untuk satu keluarga pun akan sangat membantu dalam proses peningkatan ruang terbuka hijau. Kegiatan masif seperti yang dilakukan MrBeast dan Mark Rober pun terbukti dapat dilakukan. Maka dari itu semua hanya perihal masyarakat yang harus memiliki niat serta tekad yang bulat dan satu, yaitu demi lingkungan masa depan yang lebih baik.
Ditulis oleh :
- Muhammad Fajar Ramadhan / 16520106
- Farhan Afif / 16520016
- Mochammad Ramadhany / 16520286